ILLINOIS – Sejak semula, kepemimpinan Donald Trump menyebarkan nuansa perpecahan di Amerika Serikat (AS). Khususnya yang menyasar kelomp...
ILLINOIS – Sejak semula, kepemimpinan Donald Trump menyebarkan nuansa
perpecahan di Amerika Serikat (AS). Khususnya yang menyasar
kelompok-kelompok minoritas, termasuk umat Islam. Hal itu disampaikan
seorang guru SMA di Oak Forest, Illinois, AS, Lori Szeszycki.
Sebagai bentuk protes, perempuan lulusan Loyola University itu
menunjukkan solidaritas terhadap kaum Muslim. Caranya dengan mengenakan
hijab sejak Presiden Donald Trump dilantik hingga hari ini.
“Saya kecewa, Islamofobia terasa mulai diterima sebagai sebuah
kewajaran di negara kita,” kata Lori Szeszycki saat diwawancarai BBC
News, 12 Maret 2017.
Meskipun tidak beragama Islam, langkah Szeszycki ini didukung
keluarga terdekat. Awalnya, rekan kerja dan tetangga Szeszycki cukup
terkejut dan ahkan mengira ia telah berpindah agama. Namun, setelah
mengutarakan maksudnya, Szeszycki mendapatkan apresiasi dan dukungan.
Agak berbeda di lingkungan kerjanya. Secara kelakar, beberapa rekan
guru memuji penampilan Szeszycki lebih cantik daripada biasanya. Namun,
ada pula yang malah mulai menjauhi dia dan melontarkan stigma-stigma
mengenai Muslim.
Sebagai seorang pendidik, Szeszycki merasa berkewajiban untuk
menyuarakan pentingnya penghargaan terhadap keberagaman. Dia menilai,
beberapa kebijakan Presiden Trump sangat mendiskriminasi umat Islam.
Misalnya perintah eksekutif yang melarang imigran dari tujuh negara
mayoritas Muslim untuk memasuki wilayah AS. Menurut Szeszycki, kebijakan
ini sangat kentara tebang pilih dan diskriminatif. Sebab, tudingan
negara-negara tersebut sebagai sumber terorisme tidak berdasarkan fakta,
melainkan kecenderungan politik Donald Trump.
Akhirnya, kebijakan ini berdampak pada komunitas Muslim di AS. Mereka
merasa menjadi seakan-akan orang asing di negeri sendiri. “Saya begitu
khawatir dengan (dampak) kebijakan pelarangan masuk itu karena bisa
menarget komunitas-komunitas beragama di Amerika sendiri,
Dia menceritakan, beberapa keluarga Muslim yang menjadi tetangganya
merasa sentimen anti-Islam menguat sejak Trump menjadi presiden AS.
Padahal, lanjut Szeszycki, kawasan tempat tinggalnya termasuk yang kuat
tradisi toleransinya di Negeri Paman Sam.
Dengan mengenakan hijab, Szeszycki berharap mampu mengajak
orang-orang di sekitarnya untuk tidak melihat perbedaan sebagai stigma.
“Ini adalah wujud solidaritas. Saya tinggal di kawasan tenggara Chicago.
Di sini, ada sebuah masjid, jaraknya kira-kira tiga mil dari rumah
saya. Di lingkungan tempat tinggal saya, sekolah tempat saya mengajar,
banyak keluarga Muslim Amerika. Begitu juga, saya banyak berinteraksi
dengan para orang tua Muslim,” jelas dia. [Republika.co.id]